Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan
alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum
Tsamud. Tanah-tanah subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang
perahan dan ternak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yang indah, bangunan
rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung.
Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram,
sejahtera dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alam.
Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang mereka
sembah dan puja, kepadanya mereka berkurban, tempat mereka minta perlindungan
dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak
akan membiarkan hamba-hambaNya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa
diutusnya seorang Rasul untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar
dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan
adzab dan siksaan kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi
petunjuk olehNya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan
rasulNya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mereka
telah diutus Nabi Shaleh seorang yang telah dipilihNya dari suku mereka
sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya.
Nabi Shaleh memperkenalkan mereka kepada Tuhan
yang patut mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah menciptakan
mereka, menciptakan alam di sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah yang subur
yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka, menciptakan
binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka.
Nabi Shaleh memperingatkan kaumnya, “Wahai
kaumku, tinggalkan tuhan-tuhan selain Allah. Tidak ada yang patut kita sembah
selain Allah. Aku mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi kalian. Aku tidak
akan menjerumuskan kalian ke dalam kerugian dan kesengsaraan. Aku hanyalah
utusan Allah, dan apa yang aku serukan kepada kalian adalah amanat Allah yang
harus aku sampaikan untuk kebaikan kalian di dunia dan akhirat kelak.
Bertaubatlah dan mohon ampun kepada Allah atas dosa dan perbuatan syirik yang
telah kalian lakukan selama ini”.
Terperanjatlah kaum Shaleh mendengar seruan dan
dakwah Nabi Shaleh yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang tidak diduga
akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak ditolaklah
ajakan Nabi Shaleh itu seraya berkata mereka kepadanya, “Wahai Shaleh! Kami
mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan
pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat
tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Engkau selalu memimpin kami
menyelesaikan hal-hal rumit yang kami hadapi. Tetapi ternyata kau telah
tergelincir dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi
adat-istiadat dan tata cara hidup kami. Apa yang engkau serukan kepada kami?
Engkau menghendaki agar kami meninggalkan sesembahan nenek moyang kami?
Sesembahan yang telah menjadi darah daging kami? Kami tidak akan
meninggalkannya dan kami tidak akan mengikuti seruanmu yang sesat itu. Kami
tidak mempercayai omong kosongmu, bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan
mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan sesembahan mereka dan
mengikuti jejakmu.”
Nabi Shaleh memperingatkan mereka agar jangan
menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah
mengaruniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan
pula kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat siksa dari Allah karena
menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dapat
terjadi di atas mereka jika mereka tidak mau menerima dakwahnya dan mendengar
nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota
dari keluarga besar mereka dan tidak mengharapkan atau menuntut upah dari
mereka.
Sekelompok kecil kaum Tsamud yang kebanyakan
terdiri dari orang-orang duafa’ menerima dakwah Nabi Shaleh, sedangkan sebagian
besar golongan orang-orang kaya menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Shaleh
dan mengingkari kenabiannya, “Wahai Shaleh! Engkau telah kerasukan syaitan dan
terkena sihir. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga kau
tidak sadar telah mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk akal. Engkau mengaku
diutus oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apa kelebihanmu daripada kami
sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang diantara kami
yang lebih pantas menjadi nabi. Engkau hanya bertujuan mengejar kedudukan dan
ingin diangkat menjadi pemimpin kaummu.
Nabi Shaleh menjawab, “Aku sudah katakan bahwa
aku tidak mengharapkan sesuatu apapun dari kalian sebagai imbalan. Aku lakukan
ini semata-mata atas perintah Allah dan dari-Nya kelak aku harapkan alasan dan
ganjaran. Bagaimana aku dapat mengikuti kalian dan menterlantarkan amanat Allah
kepadaku, sedangkan aku telah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran
dakwahku. Janganlah sesekali kalian berharap aku melanggar perintah Tuhanku dan
melalaikan kewajibanku kepada-Nya. Siapa yang akan melindungiku dari murka
Tuhanku jika aku berbuat demikian? ”
Setelah gagal menghentikan dakwah Nabi Shaleh,
mereka menantang Nabi Shaleh untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan
suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di
luar kekuasaan manusia.
Nabi Shaleh sadar bahwa tantangan kaumnya yang
menuntut bukti darinya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak
menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya
terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mereka.
Nabi Shaleh membalas tantangan mereka dengan menuntut janji pada mereka apabila
ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta, mereka harus meninggalkan
sesembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Shaleh serta beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan pemuka-pemuka kaum
Tsamud berdoalah Nabi Shaleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu
mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan
kaumnya. Ia memohon kepada Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta
betina yang dikeluarkan dari sebuah batu besar yang terdapat di sisi sebuah
bukit.
0 komentar:
Posting Komentar